Ayat bacaan: Yakobus 1:2-4
==================
"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."
Mengapa harus ada bagian yang sulit dan penuh penderitaan dalam hidup? Itu mungkin menjadi pertanyaan dari sebagian besar manusia, termasuk pula diantaranya orang-orang percaya. Ada banyak diantara kita yang mengira bahwa mengikuti Yesus artinya bebas secara total dari penderitaan. Itu sebabnya ada orang-orang yang memiliki motivasi mereka sendiri untuk beribadah. Tidak salah sama sekali memang untuk meminta pertolongan Tuhan, dan Tuhan sendiri menjanjikan begitu banyak berkat, mukjizat dan pertolonganNya kepada siapapun yang berseru kepadaNya dalam Kristus. Tetapi tidak bisa kita pungkiri bahwa walau bagaimanapun ada saat-saat dimana kita harus melewati situasi sulit, penuh duri yang menyakitkan. Apakah Tuhan senang menyiksa kita sewaktu-waktu? Tentu tidak. Tuhan tidak pernah senang melihat anak-anakNya menderita. Jika Dia senang, Dia tidak perlu repot-repot mengorbankan AnakNya sendiri untuk memastikan keselamatan kita bukan? Saya akan mengambil sebuah analogi yang sederhana. Anak-anak kecil biasanya akan sangat suka dengan permen yang manis. Mereka bisa sangat gembira dan menghabiskan banyak permen dalam waktu yang sangat singkat. Namun baikkah itu bagi mereka? Tentu saja tidak. Gigi mereka bisa rusak, dan mereka pun akan kekurangan gizi akibat tidak lagi mau makan makanan yang mengandung gizi baik. Ada saatnya kita harus memberi mereka sayur-sayuran yang tentu saja tidak seenak permen. Sayur bisa sangat pahit, tetapi justru mengandung banyak manfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan mereka. Dalam kerohanian pun demikian. Selalu berada dalam keadaan nyaman tidak akan baik bagi pertumbuhan iman kita. Kita bisa terbentuk menjadi orang-orang manja yang tidak peduli lagi kepada orang lain, terbuai dalam kenikmatan hidup dan kenyamanan.
Saya pernah mengalami proses pembentukan karakter selama 5 tahun. Itu masa-masa tersulit bagi saya yang mengalami langsung bagaimana semuanya dijungkirbalikkan justru setelah saya menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Pahit, pedih, sakit, semua itu saya jalani bertahun-tahun. Ketika mengalaminya tentu tidak enak sama sekali. Tetapi hari ini saya bisa bersyukur mengalami itu semua, dan tidak sia-sia rasanya ketika itu saya menangis sambil tetap tersenyum dan berusaha untuk mengucap syukur kepada Tuhan. Tanpa mengalami itu semua, niscaya hari ini saya masih menjadi pribadi yang penuh pelanggaran mulai dari yang kecil sampai yang besar. Sampai hari ini pun ada kalanya kesulitan datang, tetapi saya terus menyikapinya dengan sikap yang sama. Tidak enak ketika kita berada dalam masalah, tetapi ada beberapa sisi positif pula. Kesulitan atau beban masalah biasanya saya pergunakan untuk belajar banyak. Itu bisa juga menjadi "a good wake up call", jika ada hal-hal yang saya lakukan sudah melenceng dari kehendak Tuhan, dan yang pasti, itu adalah saat dimana saya bisa menyadari betapa terbatasnya kemampuan manusia dan menggantungkan segalanya kepada Tuhan lebih lagi. Dan satu lagi, masalah adalah sebuah kesempatan besar untuk melihat langsung mukjizat Tuhan.
Jika masalah sehari-hari kita sudah berat, lihatlah bagaimana tekanan-tekanan yang dihadapi oleh orang percaya yang bisa sangat mengerikan di berbagai belahan dunia. Bentuk-bentuk represif bahkan penganiayaan sampai pembunuhan dialami sebagian dari kita dari waktu ke waktu. Bahkan di awal milenium ketiga dalam hitungan tahun Masehi ini pun tetap saja ada pengikut Kristus yang harus jadi martir atas imannya. Masalah yang kita hadapi mungkin belumlah seberapa dibanding mereka, tetapi sebesar apapun masalah itu, Firman Tuhan mengingatkan kita agar tidak menyerah dan kehilangan harapan. Bahkan kita tidak dianjurkan untuk bermuram atau bersedih. Firman Tuhan mengingatkan kita agar tetap bersukacita meski tengah berada dalam situasi seberat apapun.
Yakobus menyampaikan Firman Tuhan yang berbunyi: "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Apakah Yakobus sedang berada dalam keadaan baik ketika menulis ini? Tidak. Dia sudah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri betapa mengerikannya penganiayaan dan siksaan kejam hingga mati yang dijatuhkan kepada orang-orang yang mempertahankan imannya pada Kristus, termasuk pula dirinya sendiri. Bahkan Yakobus membuktikan ketaatannya sampai mati. Dalam Kisah Para Rasul 12:2 kita melihat dirinya dibunuh berdasarkan perintah Herodes dengan sebilah pedang. Tetapi dari dirinyalah kita bisa melihat seruan Tuhan tentang bagaimana kita harus menyikapi berbagai pencobaan itu. Yakobus menghimbau semua orang percaya untuk menghadapi semua pencobaan dan ujian dengan sukacita, iman dan optimisime. Yakobus sama seperti kita, tidak pernah mengharapkan terjadinya masa-masa sukar, tetapi ia mengingatkan kita agar tidak kehilangan pegangan dan tetap menyikapi kondisi sesulit apapun dengan sikap hati bersukacita. Mengapa? Karena masa-masa sulit itu, apakah itu berhubungan dengan kesulitan finansial, masalah kesehatan fisik dan psikis, hubungan atau relasi, karir atau pekerjaan, pendidikan dan lain-lain, apabila kita menyikapi itu semua dengan iman maka itu menjadi sebuah kesempatan besar bagi kita untuk bisa menjadi manusia dengan rohani yang dewasa dan matang.
Sebuah ujian seperti apapun bisa menghasilkan ketekunan yang akan berbuah matang. Oleh sebab itulah penting bagi kita untuk menyikapi dengan benar situasi-situasi sulit yang hadir dalam hidup kita. Diatas segalanya kita harus tahu bahwa dalam keadaan seperti apapun Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia terus dengan setia berada bersama kita, bahkan dalam keadaan tergelap sekalipun, seperti apa yang bisa kita baca dalam Mazmur. "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Seberat apapun masalah yang kita hadapi, penghiburan selalu disediakan Tuhan bagi kita.
Segala sesuatu di muka bumi ini ada masanya. Alkitab menyatakan hal itu. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya" (Pengkotbah 3:1), termasuk "ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari." (ay 4) Pada saat kita dihadapkan pada waktu untuk menangis dan meratap, itu bukanlah saat Tuhan sedang bertindak kejam dan tertawa menyiksa kita. Disaat seperti itu kita bisa belajar banyak tentang kehidupan. Ada banyak manfaat yang akan sangat berguna bagi kita kelak yang akan sangat sia-sia apabila kita lewatkan hanya dengan keluh kesah, mengasihani diri berlebihan atau berputus asa. Ada kesempatan untuk menjadi rohani yang lebih matang dan dewasa ketika kita diijinkan untuk berada dalam situasi yang tidak nyaman. Sementara kita masih berada dalam situasi seperti itu, tetaplah bersyukur dan biarkan Tuhan terus mengisi hati anda dengan sukacitaNya yang sejati, sehingga pada waktu untuk tertawa dan menari itu datang kita akan memetik buah yang matang kelak.
"Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu." (Yesaya 43:2-3a)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan